Saat melakukan penelitian dari 22 Juni hingga 3 Juli 2012 lalu, Balai
Arkeologi Jayapura menemukan alat penokok sagu zaman prasejarah di Bukit
Yomokho, sekitar 200 meter sebelah barat Pantai Kalkhote, Kabupaten
Sentani, Papua.
Hari Suroto, peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, mengatakan, temuan benda dari jaman pra sejarah itu merupakan alat penokok sagu yang berbentuk mata kapak berbahan batu sungai. “Permukaannya kasar, warna coklat kekuningan dengan panjang sekitar 14 centimeter dan berdiameter sekitar enam centimeter,” katanya, Jumat sore, 6 Juli 2012.
Menurut Hari, alat penokok sagu itu biasanya digunakan untuk mengerat daging pohon sagu menjadi serbuk yang halus. Dari serbuk-serbuk yang halus inilah kemudian diremas dan dapat diambil tepung sagunya.
"Ditemukannya kapak batu yang difungsikan sebagai penokok sagu pada jaman prasejarah ini, membuktikan jika tradisi menokok sagu di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua sudah ada sejak jaman neolitik. Sagu merupakan tanaman asli yang dibudidayakan di Melanesia," katanya.
Menurut Hari, alat penokok sagu prasejarah berbeda dengan alat penokok sagu tradisional Sentani yang ada saat ini. “Ini terlihat dari bahan pembuatannya, di mana alat penokok sagu prasejarah terbuat dari batu, sedangkan alat tokok sagu tradisional saat ini terbuat dari kayu jenis kayu soang,” katanya.
Berdasarkan analisis terhadap alat penokok sagu prasejarah itu, menurut Hari, diketahui cara pembuatannya, yakni mula-mula diambil akar tunjang kayu, batu sungai, dan rotan yang masih basah. “Akar tunjang kayu dijadikan tangkainya dan batu sungai sebagai anak tangkai,” katanya.
Selanjutnya, Hari menambahkan, batu sungai dipotong dan dibentuk menurut ukuran yang dikehendaki menggunakan batu. Lalu, anak tangkai dimasukkan di pangkal tangkai, diikat dengan tali rotan yang sudah disiapkan lebih dahulu. Anak tangkai diikat dengan pangkal tangkai, yang terlebih dahulu sudah diberi lubang untuk tempat tali ikatan. “Hal ini bertujuan agar anak tangkai tak mudah terlepas sewaktu menokok sagu,” katanya.
Menurut Hari, alat penokok sagu dalam bahasa Sentani adalah ''fema''. "Saat ini alat penokok sagu tradisional sudah digantikan oleh mesin. Ini berdampak pada eksistensi alat tokok sagu tradisional yang dikuatirkan bakal bisa punah," katanya.
Hari Suroto, peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, mengatakan, temuan benda dari jaman pra sejarah itu merupakan alat penokok sagu yang berbentuk mata kapak berbahan batu sungai. “Permukaannya kasar, warna coklat kekuningan dengan panjang sekitar 14 centimeter dan berdiameter sekitar enam centimeter,” katanya, Jumat sore, 6 Juli 2012.
Menurut Hari, alat penokok sagu itu biasanya digunakan untuk mengerat daging pohon sagu menjadi serbuk yang halus. Dari serbuk-serbuk yang halus inilah kemudian diremas dan dapat diambil tepung sagunya.
"Ditemukannya kapak batu yang difungsikan sebagai penokok sagu pada jaman prasejarah ini, membuktikan jika tradisi menokok sagu di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua sudah ada sejak jaman neolitik. Sagu merupakan tanaman asli yang dibudidayakan di Melanesia," katanya.
Menurut Hari, alat penokok sagu prasejarah berbeda dengan alat penokok sagu tradisional Sentani yang ada saat ini. “Ini terlihat dari bahan pembuatannya, di mana alat penokok sagu prasejarah terbuat dari batu, sedangkan alat tokok sagu tradisional saat ini terbuat dari kayu jenis kayu soang,” katanya.
Berdasarkan analisis terhadap alat penokok sagu prasejarah itu, menurut Hari, diketahui cara pembuatannya, yakni mula-mula diambil akar tunjang kayu, batu sungai, dan rotan yang masih basah. “Akar tunjang kayu dijadikan tangkainya dan batu sungai sebagai anak tangkai,” katanya.
Selanjutnya, Hari menambahkan, batu sungai dipotong dan dibentuk menurut ukuran yang dikehendaki menggunakan batu. Lalu, anak tangkai dimasukkan di pangkal tangkai, diikat dengan tali rotan yang sudah disiapkan lebih dahulu. Anak tangkai diikat dengan pangkal tangkai, yang terlebih dahulu sudah diberi lubang untuk tempat tali ikatan. “Hal ini bertujuan agar anak tangkai tak mudah terlepas sewaktu menokok sagu,” katanya.
Menurut Hari, alat penokok sagu dalam bahasa Sentani adalah ''fema''. "Saat ini alat penokok sagu tradisional sudah digantikan oleh mesin. Ini berdampak pada eksistensi alat tokok sagu tradisional yang dikuatirkan bakal bisa punah," katanya.
http://www.tempo.co/read/news/2012/07/07/058415362/Di-Papua-Ditemukan-Alat-Penokok-Sagu-Prasejarah
Related Search
- Wine dari Tulang Macan Jadi Obat Rematik di Cina
- Pemanfaatan dan Pengembangan Facebook di masa depan
- Cara membuat kotak follow twitter di blog
- cara membuat Blog nongkrong di posisi 10 teratas dalam search engine google
- Cara Aktivasi dan setting GPRS pada kartu seluler GSM dan CDMA di Indonesia
- Cara pasang iklan gratis di Facebook
- Memblokir Orang di Facebook
- Membuka Banyak Akun Facebook Di Browser Google Chrome
- DAFTAR HOTEL PARIWISATA DI JAKARTA
- Anjing Berjaga di Makam Tuannya Selama Enam Tahun
- Angelina Jolie Kunjungi Para Pengungsi Syiria di Turki
- 2 Marinir AS Tewas Dalam Serangan Taliban di Helmand
- Ditemukan Gambar Yesus di Buku Panduan Haji
- DITEMUKAN PRASASTI DI MEKSIKO
- Gletser Papua Terancam Hilang dalam 20 Tahun
- Tips membersihkan alat dapur
- Di Papua Ditemukan Alat Penokok Sagu Prasejarah
- Membuat Rich Text Editor (Compose box seperti di Blogspot) dengan Javascript dan HTML
- Tips Memasang Adsense di Posting Blog
- Cara Membuat Related Post atau Artikel Terkait di Blogspot