Di tengah konflik berdarah yang harus mereka hadapi setiap hari, banyak warga Suriah memilih lelucon sebagai senjata untuk mengejek rezim Bashar al-Assad maupun menertawakan kehidupan mereka yang kian sulit
"Para pembelot yang terkasih, revolusi Suriah terjadi di Suriah, bukan di Turki," begitu bunyi spanduk yang dibawa para pengunjuk rasa. Mereka mengejek para pembelot yang memilih menjauh dari medan pertempuran setelah menyeberang ke negara lain.
Sindiran lucu lainnya adalah tentang mantan anak emas rezim, Jenderal Manaf Tlass. Warga Desa Kfar Nabal di Provinsi Idlib, yang terkenal dengan slogan-slogan yang cerdas tapi lucu, memasang spanduk bertuliskan: "Brigade Charles de Gaulle yang dipimpin Brigadir Jenderal Manaf Tlass berhasil menguasai Champs Elysees (Istana Kepresidenan Perancis, Red)."
Lelucon-lelucon itu tidak hanya menyindir tokoh, tetapi juga tentang kondisi oposisi, kerusakan akibat pertempuran tanpa henti pasukan pemerintah dengan pemberontak, pengangguran, penghasilan yang merosot, minimnya barang-barang kebutuhan pokok, ketidakwajaran lokal, hingga pembelotan. Pendeknya, semua hal bisa menjadi bahan guyonan.
Salah satunya adalah tentang penduduk Kota Homs, yang sering ditertawakan karena kepolosan dan kurangnya intelektualias mereka. Namun kemudian mereka justru mendapat pujian karena perlawanan mereka yang sengit ketika mendapat gempuran dari tentara Suriah, hingga kota itu dijuluki "Ibukota Revolusi".
Namun kepolosan warga kota itu juga menjadi inspirasi lelucon. Katanya, kepolosan warga Homs menjadi masalah sendiri bagi pemerintah karena setiap kali diberlakukan jam malam, warga justru turun ke jalan untuk mengeceknya.
Lelucon lainnya, di Kota Homs, seorang warga bermain dengan roket, tapi seorang temannya mengingatkan untuk berhati-hati karena roket itu bisa meledak. Dengan santainya orang itu meminta temannya tidak khawatir, karena kalau roket itu meledak, tentara pasti akan menembakkan lebih banyak roket.
Sementara itu, pembelotan menjadi lelucon favorit di kalangan petempur oposisi. Menurut mereka, begitu besar kekhawatiran wakil presidennya yang Sunni bakal membelot, Presiden Bashar al-Assad meminta dia tidur sekamar dengannya supaya dia tidak bisa kabur, sementara istri Assad, Asma, harus tidur di sofa.
Ada juga kartun yang menggambarkan Assad berdiri di depan satu papan yang mencatat semua badan keamanan dan kementerian yang akhirnya ditanganinya langsung. Lalu kata Sang Presiden, "Setidaknya saya tidak perlu lagi khawatir bakal ada menteri yang membelot."
Kartun lainnya menunjukkan Assad sedang melantik seorang menteri baru. "Saya bersumpah tidak akan membelot," kata sang menteri dalam sumpah jabatannya.
Pembelotan perdana menteri Riad Hijab ke Jordania juga menginspirasi lelucon bahwa pihak berwenang Jordania kini memasang rambu-rambu baru di perlintasan perbatasannya, yaitu: WN Jordania, Arab, WN Asing, Diplomat, dan Pejabat Suriah Yang Membelot.
Rasa frustrasi karena kelangkaan kebutuhan sehari-hari juga mereka ekspresikan dengan lelucon. Salah satunya adalah kalau di Olimpade 2012 lalu ada lomba naik tangga sambil menggotong tabung gas, atlet Suriah pasti mendapat medali emas.
Lelucon pahit lainnya mengisahkan seorang suami yang pulang sambil membawa seekor ayam hidup untuk dimasak sebagai hidangan makan malam. Namun, istrinya bilang, keluarga mereka tidak lagi memiliki pisau untuk menyembelih ayam ataupun gas untuk memasak. Mendengar hal itu, si ayam langsung berseru, "Hidup Bashar! Hidup Bashar!"
http://internasional.kompas.com/read/2012/08/21/10292278/Humor.Pahit.di.Tengah.Konflik.Berdarah.Suriah
AFP
"Para pembelot yang terkasih, revolusi Suriah terjadi di Suriah, bukan di Turki," begitu bunyi spanduk yang dibawa para pengunjuk rasa. Mereka mengejek para pembelot yang memilih menjauh dari medan pertempuran setelah menyeberang ke negara lain.
Sindiran lucu lainnya adalah tentang mantan anak emas rezim, Jenderal Manaf Tlass. Warga Desa Kfar Nabal di Provinsi Idlib, yang terkenal dengan slogan-slogan yang cerdas tapi lucu, memasang spanduk bertuliskan: "Brigade Charles de Gaulle yang dipimpin Brigadir Jenderal Manaf Tlass berhasil menguasai Champs Elysees (Istana Kepresidenan Perancis, Red)."
Lelucon-lelucon itu tidak hanya menyindir tokoh, tetapi juga tentang kondisi oposisi, kerusakan akibat pertempuran tanpa henti pasukan pemerintah dengan pemberontak, pengangguran, penghasilan yang merosot, minimnya barang-barang kebutuhan pokok, ketidakwajaran lokal, hingga pembelotan. Pendeknya, semua hal bisa menjadi bahan guyonan.
Salah satunya adalah tentang penduduk Kota Homs, yang sering ditertawakan karena kepolosan dan kurangnya intelektualias mereka. Namun kemudian mereka justru mendapat pujian karena perlawanan mereka yang sengit ketika mendapat gempuran dari tentara Suriah, hingga kota itu dijuluki "Ibukota Revolusi".
Namun kepolosan warga kota itu juga menjadi inspirasi lelucon. Katanya, kepolosan warga Homs menjadi masalah sendiri bagi pemerintah karena setiap kali diberlakukan jam malam, warga justru turun ke jalan untuk mengeceknya.
Lelucon lainnya, di Kota Homs, seorang warga bermain dengan roket, tapi seorang temannya mengingatkan untuk berhati-hati karena roket itu bisa meledak. Dengan santainya orang itu meminta temannya tidak khawatir, karena kalau roket itu meledak, tentara pasti akan menembakkan lebih banyak roket.
Sementara itu, pembelotan menjadi lelucon favorit di kalangan petempur oposisi. Menurut mereka, begitu besar kekhawatiran wakil presidennya yang Sunni bakal membelot, Presiden Bashar al-Assad meminta dia tidur sekamar dengannya supaya dia tidak bisa kabur, sementara istri Assad, Asma, harus tidur di sofa.
Ada juga kartun yang menggambarkan Assad berdiri di depan satu papan yang mencatat semua badan keamanan dan kementerian yang akhirnya ditanganinya langsung. Lalu kata Sang Presiden, "Setidaknya saya tidak perlu lagi khawatir bakal ada menteri yang membelot."
Kartun lainnya menunjukkan Assad sedang melantik seorang menteri baru. "Saya bersumpah tidak akan membelot," kata sang menteri dalam sumpah jabatannya.
Pembelotan perdana menteri Riad Hijab ke Jordania juga menginspirasi lelucon bahwa pihak berwenang Jordania kini memasang rambu-rambu baru di perlintasan perbatasannya, yaitu: WN Jordania, Arab, WN Asing, Diplomat, dan Pejabat Suriah Yang Membelot.
Rasa frustrasi karena kelangkaan kebutuhan sehari-hari juga mereka ekspresikan dengan lelucon. Salah satunya adalah kalau di Olimpade 2012 lalu ada lomba naik tangga sambil menggotong tabung gas, atlet Suriah pasti mendapat medali emas.
Lelucon pahit lainnya mengisahkan seorang suami yang pulang sambil membawa seekor ayam hidup untuk dimasak sebagai hidangan makan malam. Namun, istrinya bilang, keluarga mereka tidak lagi memiliki pisau untuk menyembelih ayam ataupun gas untuk memasak. Mendengar hal itu, si ayam langsung berseru, "Hidup Bashar! Hidup Bashar!"
http://internasional.kompas.com/read/2012/08/21/10292278/Humor.Pahit.di.Tengah.Konflik.Berdarah.Suriah
AFP